jupiter,planet,tata suryaPeta ini memaparkan distribusi air di stratosfer Jupiter sesuai hasil pengukuran observatori Herschel (Dok. Water map: ESA/Herschel/T. Cavalié et al.; Jupiter image: NASA/ESA/Reta Beebe/New Mexico State University)
Pakar astronomi yang selama dua dekade berdebat mengenai asal-usul air di stratosfer Jupiter, akhirnya sampai pada satu kesimpulan. Yakni zat cair tersebut bukan asli berasal dari Jupiter, melainkan dari komet Shoemaker-Levy 9 yang menumbuk planet ini pada 1994 silam.
Penemuan ini berdasarkan data dari observatori Herschel milik Agensi Antariksa Eropa (ESA) yang bekerja sama dengan NASA. Sebelumnya, para pakar terkejut dengan adanya air di stratosfer Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Mengingat keberadaan molekul air tidak mungkin berada di sini karena minimnya jumlah oksigen.
Sedangkan air yang berada di lapisan bawah atmosfer Jupiter bisa dipastikan berasal dari internal planet. Maka itu disimpulkan bahwa air di stratosfer berasal dari eksternal planet.
Sejak saat itulah para pakar mulai meneliti kandidat yang mungkin membawa air ke planet paling besar di tata surya manusia itu. Kandidat yang ditelaah termasuk cincin es, satelit (bulan), debu partikel, hingga tumbukan komet.
jupiter,planet,tata suryaJupiter (thinkstockphoto)
Data dari Photodetecting Array Camera and Spectrometer (PACS) milik Herschel, ditambah bantuan dari teleskop inframerah NASA, menjawab misteri itu: distribusi air disebabkan tabrakan komet.
Peristiwa ini terjadi selama beberapa pekan saat 21 pecahan komet Shoemaker-Levy 9 membombardir bagian selatan Jupiter, Juli 1994. Meninggalkan bekas luka kehitaman di permukannya selama beberapa minggu.
Herschel berhasil membaca jumlah air di bagian ini dua hingga tiga kali lebih banyak dibanding bagian utaranya. Sebagian besar air terkonsentrasi di lokasi yang terhantam komet dan berada di ketinggian.
"Kesenjangan antara dua belahan ini menunjukkan air ada semasa satu kejadian. Sehingga mencoret cincin es atau bulan sebagai kandidat sumbernya," kata Thibault Cavalié dari Laboratoire d'Astrophysique de Bordeaux, Prancis, Selasa (23/4).
Ditambahkan Cavalié, hanya Herschel yang bisa membaca imaji sesensitif itu. Sehingga bisa menemukan tali penghubung antara keberadaan air dengan tabrakan komet Shoemaker-Levy 9.